Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) menilai produsen Indonesia bakal kesulitan mengeskpor mobil karena masalah standar emisi Euro 5.
Namun, ekspor mobil dari Indonesia justru meningkat 35 persen, bahkan lebih tinggi ketimbang sebelum Pandemi Covid-19.
Ekspor mobil rakitan penuh (CBU) berbagai merek dan model dari Indonesia via PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC Terminal Kendaraan) Tanjung Priok naik 35 persen pada semester I 2022.
Direktur Utama IPCC Terminal Kendaraan Rio TN Lasse menjelaskan pada Semester I 2022 ekspor mobil mencapai 142.155 unit.
Tapi pada periode yang sama 2020 saat pandemi Covid-19 sebesar 105.082 unit.
Menurut dia, ekspor mobil sudah pulih mulai 2021 dan 2022, bahkan melampaui capaian 2019, sebelum Pandemi Covid-19.
“Kondisi ini juga menunjukkan industri otomotif Indonesia sudah back on the right track,” ujar Rio, Jumat pekan lalu, 26 Agustus 2022.
Dia mengungkapkan lonjakan ekspor mobil terjadi pada merek Hyundai dari PT Hyundai Motor Indonesia.
Pada Semester I 2021 mengekspor 214 mobil CBU, namun pada Semester I 2022 melonjak menjadi 11.385 mobil ke berbagai negara.
Data IPCC Terminal Kendaraan menunjukkan mobil Toyota buatan Indonesia mendominasi ekspor pada Semester I 2022, diikuti Suzuki, Mitsubishi, Hyundai, Isuzu, Honda, Daihatsu, Nissan, Mazda, VW, dan Geely.
Pada periode yang sama 2021, urutannya adalah Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Daihatsu, Honda, Isuzu, Hyundai, KIA, serta merek-merek lainnya.
Sebelumnya, KPBB menyebutkan Indonesia berpotensi kesulitan ekspor mobil karena masalah standar emisi Euro 5.
Saat ini Indonesia masih berkutat pada penerapan standar emisi Euro 4.
KPBB menyarankan industri otomotif nasional perlu lompatan baru ke standar emisi yang lebih tinggi agar bisa bersaing dengan negara-negara yang sudah mengadopsi standar Euro 5 dan Euro 6.
“Harus ada upaya serius dari Menteri ESDM untuk menyediakan bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhan teknologi kendaraan Euro 4 saat ini.
Tapi untuk ekspor, siapkan bahan bakar standar Euro 6,” ucap Executive Director KPBB Ahmad Safrudin, dikutip dari Tempo.co hari ini, Selasa, 30 Agustus 2022.
Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengatakan ekspor Honda Brio ke Vietnam dihentikan karena negara itu standar emisi Euro 5 sedangkan Brio belum bisa memenuhinya.
“Perlu development baru bila merubah spesifikasinya,” kata Billy saat dihubungi Tempo hari ini, Jumat, 26 Agustus 2022.
Adapun Direktur Corporate Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menilai penerapan standar emisi Euro 5 harus menjadi perhatian khusus agar tidak menghambat ekspor mobil.
“Jangan sampai masalah emisi ini jadi technical barriers negara lain terhadap ekspor dari Indonesia,” ucap Bob.
JOBPIE | TEMPO.CO | ANTARA Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.